Translate

Sunday, January 9, 2011

mengenal Herman Thomas Karsten (Sang Designer Kota Besar di Indonesia)



Herman Thomas Karsten (Amsterdam, Belanda 22 April 1884 – Cimahi, Indonesia 1945) adalah arsitek dan perencana kota dari Hindia Belanda. Ia adalah putra seorang profesor Filsafat dan Wakil Ketua Chancellor ("Pembantu Rektor") di Universitas Amsterdam sedangkan ibunya adalah seorang kelahiran Jawa Tengah. Herman Thomas Karsten adalah insinyur arsitek lulusan Technische Hoogeschool di Delft yang masuk tahun l904.

Dalam kariernya inilah ia menjadi perencana dan penasihat beberapa proyek bangunan publik di beberapa kota yang kala itu mulai berkembang akibat membaiknya perekonomian, antara lain Batavia (Jakarta), Meester Cornelis (Jatinegara) Bandung, Buitenzorg (Bogor), Semarang (Pasar Johar), Surakarta (Pasar Gede), Malang, Purwokerto, Palembang, Padang, Medan, Banjarmasin, dan bahkan sampai merancang perumahan murah di bagian barat daya Kota Magelang, yaitu Kwarasan. Gaya khas Karsten adalah kepeduliannya terhadap lingkungan hidup dan menghargai nilai kemanusiaan. Dia tidak pernah melupakan kepentingan kalangan berpenghasilan rendah, sesuatu yang jarang ditemui pada orang-orang Belanda masa itu. Pengaruh Karsten dalam pengembangan kota adalah dengan adanya pembagian lingkungan yang tidak lagi berdasarkan suku, tetapi kelas ekonomi, yaitu tinggi, menengah dan rendah

Karsten berpendapat bahwa perencanaan kota merupakan aktivitas yang saling terkait (sosial, teknologi, ekonomi, fisik dasar, dll) yang harus dipertimbangkan bagi terciptanya keselasaran lingkungan perkotaan . Berdasarkan latar belakangnya Konsep dari perencanaan kotanya selalu menuju tema bangunan perkotaan Inggris (campuran antara budaya Eropa atau Belanda dengan lokal atau Jawa)
Karsten menganggap kota sebagai suatu organisme hidup yang terus bertumbuh. Dalam rencana pengembangan kota, Karsten menganggap penting keberadaan taman-taman kota serta ruang terbuka, dua hal yang tampaknya saat ini mulai terabaikan. Akibat filosofi ini muncullah gaya arsitektur 'Indisch' yang populer pada masa pra-kemerdekaan.
Di Jawa Karsten merencanakan sembilan dari sembilan belas kota-kota yang mendapat otoritas lokal. Pada Kota Semarang Karsten menerapkan prinsip perencanaan pola, penzoningan, hirarki jalan-jalan seperti di Eropa. Naik turunnya semarang dari bukit bukit kecil sampai ke Kota Lama yang terletak di tepi laut memang terlihat dirancang salah satu buah pemikiran Thomas Karsten.

Semenjak berdirinya Technische Hoogeschool di Bandung (ITB sekarang) Karsten menjadi salah satu pengajarnya. Pada tahun 1941 ia menjadi guru besar. Arsitek generasi pertama Indonesia banyak yang merupakan muridnya.
Secara politis, Karsten adalah orang pro-kemerdekaan, suatu sikap yang hanya diambil oleh sebagian kecil kalangan keturunan Eropa (Indo) pada masanya. Malangnya, ia ditangkap oleh tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942 sampai ia meninggal di Kamp Interniran Cimahi 1945. Cita-citanya untuk meninggal di bumi Indonesia tercapai walau harus dalam situasi yang tragis.

Hasil karyanya terdapat di kota-kota berikut:
- Bandung
- Banjarmasin
- Bogor
- Cirebon
- Jakarta (termasuk Jatinegara/Meester Cornelis)
• Lapangan Monas (1937)
- Madiun
- Magelang
• Kampung Kwarasan, Kota Magelang (1937)
• Menara air
- Malang
• Kawasan Jalan Ijen
- Padang
- Palembang
• Pasar Sentral
• Pasar Ilir
- Purwokerto
- Semarang
• Penataan kota daerah Candi (1916), Pekunden, Peterongan, Sompok, Semarang Timur (1919), Kampung Senjoyo, Progo, Mlatiharjo
• Pasar Jatingaleh (1930)
• Pasar Randusari
• Pasar Johar (1933)
• Zustermaatschappijen de Semarang (sekarang Kantor PT KAI Daop IV)
• Djakarta LLyod Stoomvart Nederland (Kantor PT (Persero) Djakarta Lloyd)
• Stasiun Poncol (Semarang-Cheribon Stoomtram Maatscappij),
• Nederlansch Kerk (Gereja Blenduk)
• Rumah Sakit Elizabeth)
• Taman Diponegoro.
Surakarta
• Pasar Gede Harjonagoro (1930 diresmikan)
• Kawasan Pemukiman (Villapark) Banjarsari
• Stasiun Solo Balapan
• Gerbang luar dan Pendapa Pura Mangkunegaran (1917-1920)
• Masjid Wustho Mangkunegaran
• Kawasan Lingkar Manahan
Yogyakarta
• Museum Sonobudoyo (1933)



jalan dikawasan Pemuda semarang, bergayakan hirarki jalan-jalan seperti di Eropa



Pasar johar semarang





Street ijen



stasiun balapan, jadi inget Didi Kempot >_<

source: wikipedia
Google
etc

silakan komen ^^

2 comments: